Terasa penat sekali pikiran ini, dengan hari-hari monoton yang tak kunjung berakhir. Kurebahkan badan ini,menatap langit-langit kamar mencoba menerka nerka apa yang harus kulakukan untuk sekedar mengisi jeda waktu istirahatku setelah membaca buku-buku pelajaran yang membosankan.
Setelah beberapa saat berpikir tampaknya percuma aku memikirkan hal menarik untuk dilakukan, harus kusadari kini aku telah terjebak dalam ruangan 12 meter persegi dengan berbagai kecanggihan teknologi di dalamnya dan tak akan ada hal bermakna dari semua itu.
Ya..
Kehidupan manusia telah banyak berubah, tak ada lagi kebebasan kini kita semua terikat dalam dunia status dan tweet. Facebook, twitter, dan situs-situs sejenis telah merubah tatanan sosial manusia. Dulu kita manusia bebas,melakukan apa yang ingin kita lakukan tak peduli orang lain mengetahuinya atau tidak. Tapi kini kita terikat, terikat untuk selalu mempublikasikan apa yang kita rasakan terikat untuk mengetahui apa yang orang lain lakukan.
Apalagi yang membuat dunia ini begitu bebas?bahkan ketika hatiku memunafikan cinta dan obsesi. Tak ada lagi kebebasan belakangan ini. Aku terkunci dalam gemerlapnya teknologi. Leptop dan internet telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari hari-hariku. Game dan blackberry telah merubah caraku untuk mencari hiburan dan sosialisasi. Tanpa kusadari hal itu makin mengikatku membenamkanku dalam dunia penuh status dan kesenangan semu.
Aku merindukan segarnya udara pagi di puncak Merbabu atau hangatnya sinar fajar di puncak Semeru.
Aku rindu saat dimana aku bermain di tengah sawah, menerbangkan layang-layang, dan berlari melintasi pematang hanya untuk sekedar mengejar kupu-kupu. Berguling di padang ilalang dengan bebas seakan hidup tak ada beban. Itulah saat dimana aku tak mengenal dosa. Dan hidup hanya untuk menikmatinya, tak memikir ambisi dan obsesi, benar-benar hidup hanya untuk hidup. Kadang aku menangis kesakitan karena terjatuh, kadang aku tertawa lepas bahagia ketika bermain bola di tengah sawah. Dan tahukah kawan? yang membuat hal itu begitu berkesan adalah kenyataan bahwa saat itu tawa dan tangis benar-benar muncul dari hati, tak ada tawa palsu tak ada tangis untuk mencari simpati.
Nampaknya mengharapkan kebebasan yang sama ketika aku masih bocah, sama saja seperti mengharap susunan awan yang sama di langit...
Aku telah berjalan terlalu jauh meninggalkan masa itu. Tidak hanya aku namun juga teman-teman sepermainku dalam menjelajahi padang ilalang dan hutan bambu. Mereka telah jauh berubah, ada diantara mereka yang kini menjadi kuli bangunan, ada pula yang telah menikah karena himpitan ekonomi. Dan aku juga tak kalah menyedihkan. Menjadi remaja yang terlalu sibuk akan urusan cinta dan terjebak dalam kesemuan teknologi.
Padahal mereka disana temanku.
Telah berjuang bagaimana bertahan hidup, bagaimana bertahan dengan para mandor korup,bagaimana bertahan menghadapi hinaan dan sindiran sebagai orang kecil...
Aku terjebak dengan persoalan bagaimana mendapat blackberry baru, bagaimana mendapat laptop yang lebih keren dari si Asus i5. Dan bagaimana bisa mendapatkan pacar yang aku obsesikan. Memilukan, tapi inilah aku...
remaja labil yang terjebak dalam kesemuan teknologi dan dalam gemerlap dunia yang salah.
Tampaknya aku makin rindu akan alam dan kebebasan, aku rindu akan petualangan menjelajahi gunung dan hutan. Menikmati setiap desir angin,merasakan menjadi bagian dari awan yang melintasi langit, merasakan benar-benar hidup.
Hanya disana aku menemukan kebasan,hanya disana aku bisa sedikit terlepas dalam kekangan teknologi. Dan hanya disana aku bisa memunafikan cintaku untuk alam....
Kupikir sudah waktunya aku kembali berkutat dengan buku-buku pelajaran. Ulangan menantiku, sudah tiba saat kembali mengejar masa depan yang sempat kugadaikan. Bye...
Kupikir sudah waktunya aku kembali berkutat dengan buku-buku pelajaran. Ulangan menantiku, sudah tiba saat kembali mengejar masa depan yang sempat kugadaikan. Bye...
0 comments:
Posting Komentar